Senin, 23 Januari 2017

Makalah Arthropoda

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI
ARTHROPODA

Dosen : Sister Sianturi, S. Si., M. Si.
KELOMPOK 2A: Mantili                           16330719
Puji Rahmawati              15330152
Adellena Nurmelani       15330078            
Ajeng Wahyuningrum    15330074  
Intan Purnama Satri      15330049
                   M. Tegar Arjunnaidi      15330055
Sri Lia Nurlicha             15330062
Shagita Laura H             15330066


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Filum Arthropoda ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa ta’at hingga akhir zaman.
Makalah ini kami susun guna sebagai tugas mata kuliah Mikrobiologi dan Virologi. Dalam makalah ini dipaparkan materi tentang pengertian, karakteristik, sistematika, serta contoh spesies-spesies dari filun Arthropoda. Dengan demikian, diharapkan kami mampu mengetahui, memahami, dan menyimpulkan materi-materi tersebut. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan atau kekeliruan, oleh karna itu kami menerima kritik dan saran yang membangun guna  perbaikan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang.



Jakarta,  Oktober 2016



            Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
Latar Belakang....................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah.................................................................................................................. 2
Tujuan.................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
Pengertian Arthropoda.......................................................................................................... 3
Pembagian Kelas dan Klasifikasi........................................................................................... 4
Daur Hidup............................................................................................................................ 16
Contoh Parasit, Penyakit Yang Ditimbulkan Serta Siklus Hidupnya.................................... 18

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 27
Kesimpulan............................................................................................................................ 27
Saran...................................................................................................................................... 27

Daftar Pustaka....................................................................................................................... 28



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Hewan merupakan makhluk hidup yang mampu beradaptasi di berbagai lingkungan. Mereka dapat hidup di laut, air tawar, kutub, dan padang pasir (gurun). Berdasarkan kerangka tulang belakangnya hewan di kelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu invertebrata (hewan yang tidak bertulang  belakang) dan vertebrata (bertulang belakang). Berdasarkan persamaan dan  perbedaannya, kelompok hewan invertebrata di kelompokkan ke dalam beberapa filum. Hewan-hewan tersebut di kelompokkan ke dalam 9 filum, yaitu: Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, Chordata. Diperkirakan bahwa populasi arthropoda di dunia, yang meliputi krustasea, laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 108 individu. Hampir 1 juta spesies Arthropoda telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga. Pada kenyataannya, dua dari setiap tiga organisme yang dikenal adalah hewan arthropoda, dan anggota filum tersebut ada hampir pada semua habitat yang ada d  biosfer. Berdasarkan kriteria keanekaragaman, penyebaran, dan jumlah spesies, filum Arthropoda harus dianggap sebagai yang paling berhasil di antara semua filum (Wulandari, 2011).
Filum Arthropoda (arthro = sendi atau ruas; pada = kaki atau juluran) adalah golongan makhluk hewan yang paling besar di dunia ini. Diperkirakan lebih dari 80% dari seluruh jenis hewan sekarang ini adalah Arthropoda, menghuni semua jenis habitat yang ada.
Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia ini, ternyata filum Arthropoda menduduki urutan nomor satu diantara jenis-jenis hewan lain. Dari filum Arthropoda ini, kelas Insecta atau serangga merupakan jenis yang terbesar (sekitar satu juta spesies). Hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuhnya yang baik, cepatnya menyesuaikan diri dengan lingkungannya danpenyebaran yang sangat luas yaitu mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub.
Diantara anggota filum Arthropoda diketahui ada yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan sebaliknya diketahui pula ada yang berperan merugikan manusia dan hewan. Kelompok yang terakhir ini lebih dikenal sebagai parasit atau pengganggu atau hama. Yang termasuk di dalam kelompok ektoparasit adalah kelas Insecta (serangga) dan kelas Arachnida (caplak dan tungau).
Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang Arthropoda. Tentang pembagian kelas, sistem klasifikasi, daur hidup, contoh parasit dan penyakit yang ditimbulkan serta siklus hidup dari parasit tersebut.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa dan bagaimana pengertian Arthropoda?
2.         Bagaimana pembagian pembagian kelas Arthropoda?
3.         Bagaimana sistem klasifikasi Arthropoda?
4.         Bagaimana daur hidup dari Arthropoda?
5.         Apa saja contoh parasit dari Arthropoda dan penyakit yang ditimbulkan?
6.         Bagaimana siklus hidup parasit tersebut?

C.      Tujuan
1.         Untuk mengetahui pengertian Arthropoda.
2.         Untuk mengetahui pembagian kelas Arthropoda.
3.         Untuk mengetahui sistem klasifikasi Arthropoda.
4.         Untuk mengetahui daur hidup Arthropoda.
5.         Untuk mengetahui contoh parasit dari Arthropoda dan penyakit yang ditimbulkannya.
6.         Untuk mengathui siklus hidup parasit tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Arthropoda
Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Kata arthropoda berasal dari bahasa Yunani árthron, "ruas, buku, atau segmen", dan pous (podos), "kaki", yang jika disatukan berarti "kaki berbuku-buku". Arthropoda juga dikenal dengan nama hewan berbuku-buku atau hewan beruas.
Karakteristik yang membedakan arthropoda dengan filum yang lain yaitu: tubuh bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan (asal penamaan Arthropoda), simetribu bilateral, eksoskeleton berkitin. Secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, kanal alimentari seperti pipa dengan mulut dan anus, sistem sirkulasi terbuka, hanya pembuluh darah yang biasanya berwujud sebuah struktur dorsal seperti pipa menuju kanal alimentar dengan bukaan lateral di daerah abdomen, rongga tubuh; sebuah rongga darah atau hemosol dan selom tereduksi.
Sistem saraf mereka seperti tangga tali, terdiri atas sebuah ganglion anterior atau otak yang berlokasi di atas kanal alimentari, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal alimentari dan tali saraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentary, ekskresi biasanya oleh tubulus malphigi. Tabung kosong yang masuk kanal alimentari dan material hasil ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau nefridia.
Penglihatan mereka bergantung pada berbagai variasi kombinasi mata majemuk dan ocelli (mata tunggal) yang berbentuk mangkuk pigmen: pada kebanyakan spesies ocelli hanya dapat mendeteksi arah dari sumber cahaya, dan mata majemuk adalah sumber informasi utama, tetapi mata utama pada laba-laba adalah ocelli yang dapat membentuk bayangan dan dalam beberapa kasus, dapat berputar untuk melacak mangsa. Arthropoda juga memiliki berbagai sensor kimia dan mekanik, sebagian besar didasarkan pada modifikasi dari banyak setae (bulu) yang keluar melalui kutikula mereka. Metode repoduksi arthropoda beragam; semua spesies darat menggunakan pembuahan dalam, tetapi sering dilakukan dengan cara pemindahan sperma tidak langsung. Spesies air menggunakan pembuahan dalam atau pembuahan luar. Hampir semua arthropoda bertelur, tetapi kalajengking melahirkan setelah telurnya menetas di dalam tubuh induknya. Athropoda muda bervariasi bentuknya, mulai dari menyerupai dewasa dengan ukuran lebih kecil hingga berupa larva dan ulat yang tidak memiliki kaki berbuku-buku yang akhirnya akan mengalami metamorfosis total untuk mencapai bentuk dewasa. Penjagaan induk terhadap arthropoda muda bervariasi dari yang tidak ada sama sekali hingga penjagaan yang lama, seperti yang dilakukan oleh kalajengking.
Garis evolusi artropoda dapat ditelusuri dari periode Kambrium. Kelompok ini umumnya dianggap sebagai monofiletik dan banyak analisis mendukung penempatan arthropoda bersama dengan cycloneuralia dalam superfilum Ecdysozoa. Tetapi, hubungan dasar Metazoa belum diketahui secara pasti. Begitu pula hubungan di antara sesama kelompok artropoda masih sering diperdebatkan.
Arthropoda memiliki kontribusi terhadap suplai makanan manusia, baik langsung (sebagai makanan) maupun tidak langsung, seperti membantu penyerbukan. Beberapa spesies tertentu diketahui merupakan vektor penyakit berbahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

B.       Pembagian Kelas Dan Klasifikasi
1.         Subfilum
Sejak tahun 1990 banyak ahli zoology membagi kelompok Arthopoda menjadi subfilum Onychophora, subfilum Trilobita, subfilum Chelicerata, subfilum Uniramia, dan subfilum Crustacea. Pemisahan ini terutama berdasarkan  perbedaan dalam hal struktur dan susunan kaki serta apendik yang lain, sebagaimana perbedaan embriologi dan anatomi dalamnya. Bahkan berdasarkan evolusinya, Crustacea dan Uniramia berasal dari kelompok nenek moyang bentuk cacing yang berbeda. 5 Filum Arthopoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu Trilobita, Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Semua anggota Trilobita sudah  punah tetapi kemungkinan masih ada yang dapat dijumpai pada Arthopoda  primitif. Subfilum yang pertama yaitu Trilobita merupakan arthopoda laut yang  primitif dan sangat melimpah pada masa Paleozoic, terdiri dari 4000 spesies. Tubuh berukuran 10-675 mm, terbagi atas dua alur memanjang menjadi tiga cuping. Tubuh dilindungi oleh cangkang bersegmen yang keras. Kepala jelas terdiri atas empat segmen tubuh, memiliki sepasang antenula, empat pasang apendik biramus dan sepasang mata majemuk. Contoh anggota subfilum ini adalah Triarthus eatoni. Subfilum yang kedua yaitu Chelicerata, tubuhnya dibedakan atas dua bagian yaitu sefalotorak (prosoma) dan abdomen (opisthosoma) (kecuali Acarina). Memiliki 6 pasang apendik. Tidak memiliki antena atau manibula. Bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan utamanya untuk fungsi penusuk, beberapa diantaranya memiliki kelenjar racun, respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea atau insang. Subfilum yang ketiga adalah Onychophora, bentuk tubuhnya seperti cacing dengan 14-43 pasang kaki (lobopodia) rongga tubuhnya berupa homocoel. Memiliki kelenjar lumpur yang hasil sekresinya akan dikeluarkan melalui papilla oral untuk menangkap mangsa atau predator. Saluran pencernaannya lengkap. Enzim-enzim dilepaskan ke dalam mangsa selanjtnya zat-zat nutrisi dihisap. Sistem saraf memiliki ganglion, kepala dan dua tali saraf longitudinal yang membentuk tali tangga. Jantung berbentuk tubular terletak di sebelah dorsal system sirkulasi terbuka. Subfilum keempat adalah Mandibilata, karakter spesial yang dimiliki anggota subfilum ini adalah mandibula dan antenna (Wulandari, 2011).

2.         Kelas, Subkelas, Ordo
Arthropoda dapat dibagi menjadi 6 kelas, yaitu Crustacea, Onychophora, Arachnoidea, Chilopoda, Diplopoda, dan Insecta. Tetapi kadang-kadang kelas Chilopoda dan Diplopoda dimasukkan ke dalam satu kelas yaitu Myriapoda. Diuraikan sebagai berikut (Wulandari, 2011).

a.    Crustacea
Sementara Arachnoidea dan serangga berhasil hidup di darat, sebagian  besar krustasea tetap berada di lingkungan laut dan air tawar, dimana mereka sekarang diwakili oleh sekitar 40.000 spesies. Kepiting, udang galah, crayfish (udang karang), dan udang adalah hewan krustasea yang paling terkenal. Crustacea merupakan kelas dari Arthropoda yang hidupnya terutama menempati perairan baik air tawar maupun laut. Bernapas dengan menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi kepala (cephalo), dada ( thorax ), dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalotorax. Kepala biasanya terdiri dari dari empat segmen yang  bersatu, pada bagian kepala itu terdapat dua pasang antena, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang maksila (rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelah dengan jumlah yang berbeda-beda yang diantaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen bagian perut umumnya sempit dan lebih mudah digerakkan dibandingkan dengan kepala dan dada. Bagian  perutpun mempunyai embelan yang didalam ukurannya mengalami  pengurangan. Crustacea bernapas dengan insang dan ada juga yang yang menggunakan permukaan tubuhnya. Alat ekskresi berupa sepasang badan yang disebut greenland (kelenjar hijau), terletak pada bagian ventral dari cefalotoraks di depan esofagus. Bereproduksi secara kawin, jenis kelamun terpisah. Sistem saraf berupa tangga tali. Alat pencernaan dilengkapi dengan mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem peredaran darah terbuka ( Wulandari, 2011 ) .
1.    Sub Kelas Branchiopoda
Hewan dari subkelas Branciopoda ini merupakan hewan yang sangat kecil, ukuran tubuhnya hanya beberapa mili meter saja walaupun ada yang mencapai 2,5 cm tetapi tidaklah begitu banyak. Hidup di air tawar, tubuhnya semi transparan, sehingga kadang-kadang organ-organ dalamnya dapat terlihat dari luar, berwarna pucat ada yang berenag menggunakan bagian punggungnya. Embelan di bagian dada menyerupai  bulu halus dan digunakan sebagai alat pernapasan, terdapat karapak Diantaranya ada yang sengaja dikultur untuk makanan ikan terutama ikan mas. Contoh spesies: Eubranchipus vernalis, Daphnia sp. ( Wulandari, 2011 ).
2.    Sub Kelas Ostracoda
Hidup di air tawar dan laut, dapat berenang dengan bebas, bergerak dengan menggunakan antena kedua atau kedua pasang antenanya. Karapak terdiri dari 2 belahan. Embelan tidak menyerupai bulu halus. Ukuran tubuhnya 1 mm sampai beberapa mm saja. Contoh pada jenis  Eucypris virens yang hidup di air tawar karapak ditutupi oleh bulu-bulu yang pendek, memiliki sebuah mata. Panjang tubuhnya 2 mm, berenang dengan menggunakan pasangan pertama kakinya. Merupakan hewan partenogenesis di mana telur-telurnya dapat  berkembang tanpa dibuahi  ( Wulandari, 2011 ).
3.    Sub Kelas Copepoda
Hewan-hewan dari subkelas ini hidup di air tawar atau laut, dapat  berenang bebas atau sebagai parasit pada ikan. Tidak mempunyai karapak, umumnya mempunyai 6 pasang embelan dada. Contohnya ialah Cicplos viridis, hidup di kolam-kolam air tawar. Panjang tubuh 1,5-5 mm. Umumnya berwarna kehijau-hijauan, mata  berwarna merah. Pada bagian ekor sering terdapat suatu kantung yang  penuh berisi telur. Merupakan plankton hewan yang kadang-kadang sangat  berlimpah. Tubuhnya dapat dibedakan atas kepala, dada, dan perut ( Wulandari, 2011 ).
4.    Sub Kelas Cirripedia
Umumnya hidup melekat pada benda-benda di perairan seperti  batu, kayu, karang, dasar-dasar perahu/kapal, tiang-tiang di laut, dan sebagainya. Karapak menutupi tubuhnya. Umumnya hermaprodit, begian tubuh umumnya ditutupi oleh suatu rangka atau cangkok dari kapur, sehingga mula-mula hewan ini diduga sebagai Mollusca. Diantaranya ada yang hidup sebagai parasit. Contoh spesies:  Lepas fascicularis  ( Wulandari, 2011 ).
5.    Sub Kelas Malacostraca
Subkelas ini merupakan hewan-hewan yang paling banyak dari kelas Crustacea kira-kira ¾nya termasuk ke dalam Malacostraca Umumnya bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4 segmen di bagian kepala. 8 segmen di bagian dada, dan 6 segmen di  bagian perut. Beberapa jenis yang termasuk ke dalam Malacostraca ini ialah udang, kepiting, ketam, dan sebagainya. Contoh spesiesnya: Cambarus bartoni ( Wulandari, 2011 ).

b.   Onychophora
Kelas ini tidak begitu dikenal sehingga tidak terlalu dibahas secara  panjang lebar. Hewan ini memiliki kutikula yang tipis, tidak bersegmen, dinding tubuh berotot, terdapat sepasang rahang dan sebaris lubang nephridium, panjang tubuh ± 5 cm. Contohnya adalah Peripatus.

c.    Arachnoidea
Arachnoidea (dalam bahasa Yunani, arachno =laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja. Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies. Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm. Arachnoidea merupakan hewan terestrial (darat) yang hidup secara bebas maupun parasit. Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora. Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan Acarina ( Wulandari, 2011 ).
1.    Ordo Scorpionida, memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen terakhir. Contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan ketunggeng ( Buthus after ).
2.    Ordo Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun  pada kaliseranya (alat sengat). Contoh hewan ini adalah laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata).
3.    Ordo Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, bulat atau oval, pipih, dorsoventral, caput,torax, dan abdomen bersatu, tanpa segmen. Contohnya adalah caplak atau tungau (Acarina sp.)  (Wulandari, 2011).

d.   Myriapoda
Myriapoda (dalam bahasa Yunani, myria =banyak,  podos=kaki) merupakan hewan berkaki banyak. Pembagian tubuh Myriapoda ini terdiri atas kepala (chepalo) dan perut (abdomen) tanpa dada (thoraks). Dibagian kepala terdapat satu pasang antena sebagai alat peraba dan sepasang mata tunggal (ocellus). Penambahan jumlah segmen terjadi pada setiap pergantian kulit. Alat gerak pada kelompok hewan Chilopoda adalah satu pasang kaki di setiap segmen perut kaki, sedangkan pada Diplopoda terdapat dua pasang kaki pada tiap segmen perut, kecuali segmen terakhirnya. System pernapasannya berupa satu pasang trakea berspirakel yang terletak di kanan kiri setiap ruas, kecuali  pada Diplopoda terdapat dua pasang di tiap ruasnya. Sistem pencernaan, saluran pencernaanya lengkap dan mempunyai kelenjar ludah. Chilopoda bersifat karnivor dengan gigi beracun pada segmen I, sedangkan Diplopoda  bersifat herbivor, pemakan sampah atau daun-daunan. System reproduksi secara seksual, yaitu dengan pertemuan ovum dan sperma (fertilasi internal). Myriapoda ada yang vivipar dan ada yang ovipar ( Wulandari, 2011 ).
1.    Sub Kelas Chiliopoda
Chiliopoda disebut juga centipede, tubuhnya pipih dan bersegmen-segmen. Jumlah segmen tersebut tidak sama tergantung pada jenis spesiesnya spesiesnya yaitu berkisar antara 15-17 segmen. Tiap segmen tersebut mempunyai sepasang kaki kecuali 2 segmen terakhir dan sebuah segmen di belakang kepala. Pada segmen yang di belakang kepala tersebut terdapat sepasang cakar beracun yang disebut maxilliped, digunakan untuk membunuh mangsanya. Antena panjang terdiri dari 12 segmen atau lebih. Contoh:  Lithobius forficatus (kelabang/lipan) ( Wulandari, 2011 ).

2.    Sub Kelas Diplopoda
Diplopoda disebut juga Millipede. Tubuhnya bulat panjang dan terdiri dari 25-100 segmen atau lebih tergantung jenis spesiesiesnya. Setiap segmen tampaknya mempunyai dua pasang embelan. Sesungguhnya segmen tersebut tersusun rapat sehingga terlihat seperti satu segmen. Jadi sebenarnya adalah setiap segmen hanyalah mempunyai sepasang embelan. Contoh:  Julus virgatus (keluing/kaki seribu) ( Wulandari, 2011 ).

e.    Insecta
Serangga adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai jumlah anggota yang terbesar. Hampir lebih dari 72 % anggota  binatang termasuk kedalam golongan serangga. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun, dibandingkan dengan manusia yang kurang dari dua  juta tahun. Selama kurun ini mereka telah mengalami perubahan evolusi dalam  beberapa hal dan menyesuaikan kehidupan pada hamper setiap tipe habitat. Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang terbanyak anggotanya). Sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai penular (vektor) bibit  penyakit tertentu. Serangga dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi. Di darat, laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah manusia dan mamalia. Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah kehidupan sosial yang rumit, seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap yang hidup di dalam sebuah koloni. Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal untuk semua jenis tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan membantu meningkatkan produksi buah-buahan dan biji-bijian. Serangga juga berperan sebagai organism perombak (dekomposer) yang mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang mati dan sisa kotoran hewan. Serangga disebut pula  Insecta, adalah kelompok utama dari hewan  beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula  Hexapoda  (dari bahasa Yunani yang berarti berkaki enam. Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan  pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya. Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput 12 memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki sayap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan. Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus ( Wulandari, 2011 ).

Berikut penggolongan serangga adalah sebagai berikut:
1.    Sub Kelas Apterygota
Tidak bersayap, primitif, tidak bermetamorfosa, pada abdomen terdapat appendage sebelah ventral.
Ordo Thysanura (Tysanos=pita penunjuk halaman buku). Ordo ini  biasanya dapt demukan pada buku atau tumpukan kertas yang telah lama dibiarkan. Ujung abdomen mempunyai embelan, abdomen itu sendiri terdiri dari 11 segmen, tipe alat mulut untuk mengunyah. Hewan ini dapat merusak  buku atau baju-baju yang dikanji karena dapapt meghasilkan enzim selulosa yang dapat mencernakan selulosa menjadi glukosa. Contoh:Lepisma  saccharina (kutu buku).

2.    Sub Kelas Pterygota
a)   Ordo Orthoptera
Berasal dari kata orthos yang artinya”lurus” dan  pteron  artinya “sayap”. Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator. Sewaktu istirahat sayap bagian belakangnya dilipat secara lurus dibawah sayap depan. Sayap depan mempunyai ukuran lebih sempit daripada ukuran sayap belakang. Alat mulut nimfa dan imagonya menggigit-mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3 stadia (telur-nimfa-imago). Beberapa contoh serangga jenis ordo orthoptera: belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang pedang Sexava spp.), jangkrik ( Gryllus mitratus  Burn dan Gryllus bimaculatus De G.), anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal) (Wulandari, 2011 ).Ordo Orthoptera mempunyai metamorfosa yang bertingkat, tipe alat mulut untuk menggigit dan mengunyah. Ukuran tubuhnya relatif besar, umumnya dengan sayap depan yang bersifat liat dan disebut juga tegmina, sayap belakan tipis berupa selaput, pada waktu istirahat dilipat lurus di atas  badan ditutupi oleh syap depan (tegmina). Kaki belakang umumnya panjang  juga kuat yang dipakai untuk meloncat  ( Wulandari, 2011 ).

b)   Ordo Hemiptera
Hemi artinya setengah dan  pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai  predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan syap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola merupakan tipe  perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman: Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah kepik buah jeruk (Rynchocoris  poseidon Kirk), hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii), walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb), kepik buah lada ( Dasynus viridula).

c)   Ordo Homoptera
Homo artinya “sama” dan  pteron  artinya “sayap” serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak  bersayap. Misalnya kutu daun ( Aphis sp.) sejak menetas sampai dewasa tidak  bersayap. Namun bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan untuk berpindah habitat. Tipe perkembangan hidup serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga ini, antara lain: wereng coklat (Nilaparvta lugens), wereng hijau (Nephotettix apicalis), kutu loncat ( Heteropsylla), kutu daun (Myzus persicae).

d)  Ordo Lepidoptera
Berasal dari kata lepidos “sisik” dan  pteron artinya “sayap”. Tipe alat mulut dari ordo. lepidoptera menggigit -mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur – larva – pupa – imago). Larva sangat berpotensi sebagai hama tanaman, sedangkan imagonya (kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari rambut. Yang termasuk  jenis serangga dari ordo ini, antara lain: ulat daun kubis ( Plutella xyllostella), kupu-kupu pastur (Papilio memnon L), ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), penggerek padi putih (Tryporyza innotata Walker).

e)   Ordo Coleoptera
Coleos artinya “seludang”  pteron“sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang  berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian  belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui
stadia : telur  –   larva  –   kepompong (pupa)  –  dewasa (imago). Tipe alat mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya bentuk tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga lain. Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda. Serangga yang yang merusak tanaman, antara lain: kumbang kelapa ( Oryctes rhinoceros L.), kumbang daun kangkung, semangka, dan terung ( Epilachna sp.), kumbang daun keledai (  Phaedonia inclusa Stal.), penggerek batang cengkih ( Nothopeus  fasciatipennis Wat.). Ordo Coleoptera (coleos=seludang/sarung) meliputi bermacam-macam kumbang dan kepik, metamorfosa sempurna. Tipe alat mulut untuk mengunyah. Merupakan hewan bersayap 2 pasang atau tidak bersayap, pada hewan yang bersayap, sayap bagian depan yang biasanya terletak di bagian luar keras mengandung zat tanduk disebut juga elitra, sedangkan sayap bagian  belakang seperti membran yang dilipatkan ke bawah elytra. Ordo ini merupakan ordo terbesar pada kelasnya ( Wulandari, 2011 ).

f)    Ordo Diptera
Di artinya “dua” dan pteron artinya“sayap” merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan,  pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu  pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran. Metamorfosisnya holometabola (telur-larva-kepompong-imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab dan tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap. Jenis serangga golongan ini, antara lain: lalat buah ( Bactrocera  sp.), lalat bibit kedelai ( Agromyza phaseoli Tryon), lalat  bibit padi (  Hydrellia philippina ), hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason).

g)   Ordo Isoptera
Isos = sama,  pteron = sayap. Ordo ini mempunyai 2 sayap yang berbentuk dan ukurannya sama atau tidak bersayap. Alat mulut untuk mengunyah. Perut dan dada bersegmen-segmen contoh yang banyak ditemukan ialah rayap (Reticulitermis sp.). 

h)   Ordo Neuroptera
Neuron = syaraf . Neuroptera mempunyai metamorfosa (perubahan bentuk) yang sempurna, tipe alat mulut untuk mengunyah, terdapat empat buah sayap yang sama seperti membran (selapu) dan biasanya sayap tersebut dengan venasi (urat sayap) yang jelas. Larvanya merupakan hewan karnivora, beberapa diantaranya dengan mulut untuk menghisap. Insang trakea  biasanya ada pada larva-larva yang hidup di air. Contoh:  Myrmeleon frontalis (undur-undur).

i)     Ordo Odonata
Merupakan bangsa capung, memiliki anggota yang  besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Metamorfosisnya bersifat Hemimetabola, pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai pemangsa pada beberapa serangga lain jenis. Contoh: Ischnura cercula.

C.      Daur Hidup
Filum Arthropoda meliputi 80 persen dari semua spesies yang ditemukan di Bumi saat ini, menurut University of Edinburgh Nasional Sejarah Koleksi museum.
Filum ini termasuk laba-laba, lobster dan serangga bahwa semua berevolusi dari nenek moyang tunggal dan berbagi banyak sifat, termasuk exoskeleton, tubuh tersegmentasi, pelengkap bersendi dan simetri bilateral. Semua arthropoda dalam filum ini melalui empat tahap hidup yang sama.
1.         Tahap Telur
Kebanyakan arthropoda bertelur. Karena arthropoda bayi menghadapi jalan sulit untuk dewasa, betina meletakkan ribuan telur untuk memastikan sejumlah kecil akan bertahan dan matang. Misalnya, perempuan lobster akan meletakkan telur 10.000 pada satu waktu, tetapi hanya 10 persen dari mereka akan menjadi orang dewasa. Demikian pula, laba-laba betina dapat meletakkan 100 sampai 2.000 telur dalam telur kantung tunggal dan dapat membuat beberapa kantung tersebut dalam musim kawin tunggal.

2.         Tahap Muda
Meskipun semua arthropoda melalui tahap remaja, nama yang berbeda digunakan untuk menggambarkan makhluk muda. Kutu remaja, misalnya, disebut nimfa setelah mereka menetas dari telur mereka. Pada tahap ini, mereka terlihat seperti versi kecil dari kutu dewasa.
Demikian pula, capung yang baru menetas disebut naiads, yang merujuk pada remaja arthropoda yang hidup di air. Lobster remaja, di sisi lain, yang dikenal sebagai larva. Larva ini lebih mirip nyamuk daripada lobster dewasa dan biasanya mengapung di permukaan laut karena belum dikembangkan pelengkap untuk memungkinkan untuk berenang belum.

3.         Tahap Ganti Kulit
Kebanyakan arthropoda melalui beberapa bentuk perubahan fisik sebelum menjadi dewasa. Serangga, seperti kupu-kupu, melalui seluruh metamorfosis dengan bentuk remaja (ulat) memasuki tahap pupa dan muncul sebagai kupu-kupu sepenuhnya matang. Arthropoda lainnya melalui beberapa siklus molting di mana mereka mengatasi exoskeletons mereka dan tumbuh yang baru. Kutu, misalnya, melalui tiga molts sebelum mencapai ukuran dewasa.
Lobster melalui empat molts. Proses menjadi dewasa secara fisik bisa bertahan beberapa hari atau minggu, tergantung pada spesies arthropoda. Laba-laba, yang meranggas antara 4 dan 12 kali, bisa memakan waktu hingga satu tahun untuk menjadi dewasa. Sebaliknya, kutu mengambil hanya seminggu untuk sepenuhnya matang.

4.         Tahap Dewasa
Mereka arthropoda cukup beruntung untuk bertahan hidup sampai dewasa dapat mereproduksi. Arthropoda dewasa bervariasi metode kawin, tetapi kebanyakan melibatkan pembuahan telur saat mereka berada di dalam tubuh betina. Lalu ia melepaskan telur sehingga mereka dapat menetas di luar tubuhnya. Arthropoda mungkin hanya memiliki beberapa peluang untuk berhasil kawin dan menghasilkan anak. Laba-laba, misalnya, biasanya hidup hanya dua musim, sementara kutu hidup hanya 30 hari.

D.      Contoh Parasit, Penyakit Yang Ditimbulkan Serta Siklus Hidupnya
1.         Pediculus humanus capitis
Pediculus humanus capitis disebut juga kutu kepala yang merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung dan dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya: sisir, sikat rambut, topi, syal, handuk, selimut dan lain-lain (Weems and Fasulo, 2013).
a.    Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum        : Arthropoda
Kelas        : Insekta
Ordo         : Phthriraptera
Famili       : Pediculidae
Genus       : Pediculus
Spesies     : Pediculus humanus capitis

b.    Penyakit yang ditimbulkan
Penyakit yang disebabkan oleh Pediculus Humanus Capitis ialah penyakit Pedikulosis Kapitis.
Definisi Pedikulosis Kapitis
- Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis. (Ronny P Handoko)
- Pedikulosis Kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut Pediculus humanus capitis pada kulit kepala. (Brunner & Suddarth)

c.    Siklus hidup
Telur - nimfa - Imago (dewasa)
Kutu bereproduksi secara seksual, dengan fertilisasi internal. Umumnya bersifat diesis (ada jantan dan ada betina). Kutu betina akan menghasilkan telur 6-10 per hari.Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu kurang lebih seminggu sesudah dikeluarkan oleh induk kutu rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa dapat hidup 19 hari lamanya.

2.         Argulus indicus
Argulus merupakan perenang yang baik dan berenang mencari ikan untuk dihisap darahnya. Argulus menempel pada tubuh ikan untuk menghisap darah setelah kenyang mereka akan lepas dari tubuh ikan dan apabila lapar mereka akan kembali menempel pada tubuh ikan untuk dihisap darahnya. Oleh karena itu argulus juga dapat membawa penyakit dan bakteri dari satu ikan ke ikan yang lain.  Dengan tubuh transparan dan ukuran 5-8 mm argulus sangat mudah dikenali.
a.    Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum        : Arthropoda
Kelas        : Crustacea
Ordo         : Branchiura
Famili       : Arguilidae
Genus       :Argulus
Spesies     :Argulus indicus

b.    Penyakit yang ditimbulkan
Serangan parasit ini umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan sebab ia hanya mengisap darahnya saja sehingga ikan menjadi kurus. Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara masal.
Ciri-ciri ikan yang terserang argulus adalah tubuhnya terlihat menjadi kurus bahkan sangat lemah karena kekurangan darah. Bekas serangannya dapat terlihat berwarna kemerah-merahan, karena terjadi pendarahan. Jika terjadi serangan secara besar-besaran, makaArgulus sp. akan terlihat membentuk koloni di sekitar sirip dan insang.

c.    Siklus hidup
Argulus biasanya kawin dalam air terbuka, Argulus betina dapat menghasilkan 100 butir telur atau lebih yang ditempelkannya pada permukaan benda padat. Telur akan menetas dalam waktu 25 hari masing-masing telur pada umumnya menetas pada waktu yang berbeda. Larva Argulus dengan ukuran 0,6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan, larva ini akan berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3-3,5 mm hal ini berlangsung dalam waktu 5 minggu.

3.         Sarcoptes scabei
Secara morfologik merupakan tungau kecil, Badannya transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata, dan tidak bermata. Ukurannya,yang  betina antara 300-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang  jantan, antara 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
                            a.         Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Arachnida
Sub Kelas        : Acari (Acarina)
Ordo                : Astigmata
Famili              : Sarcoptidae
Genus              : Sarcoptes
Spesies            : Sarcoptes Scabiei
Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.

                            b.         Penyakit yang ditimbulkan
Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang berisifat menular yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap tungau sarcoptes scabiei varietas hominis. Di indonesia skabies di kenal dengan nama kudik, kudis dan penyakit ampera.

                            c.         Siklus hidup
                                          1.         Betina bertelur pada interval 2-3 hari setelah menembus kulit.
                                          2.         Telur berbentuk oval dengan panjang 0,1-0,15 mm.
                                          3.         Masa inkubasi selama 3-8 hari. Setelah telur menetas, terbentuk larva yang kemudian bermigrasi ke stratum korneum untuk membuat lubang molting pouches. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki.
                                          4.         Stadium larva terjadi selama 2-3 hari. Setelah stadium larva berakhir, terbentuklah nimfa yang memiliki 4 pasang kaki.
                                          5.         Bentuk ini berubah menjadi nimfa yang lebih besar sebelum berubah menjadi dewasa. Larva dan nimfa banyak ditemukan di molting pouches atau di folikel rambut dan bentuknya seperti tungau dewasa tapi ukurannya lebih kecil.
                                          6.         Tungau betina memperluas molting pouches untuk menyimpan telurnya. Tungau betina mempenetrasi kulit dan menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di lubang pada permukaan.

           4.            Aedes aegypti
Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada hewan mau pun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakitnya, seperti filariasis dan malaria. Sebagian spesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk antropofilik yang hanya menularkan penyakit pada manusia.
                               a.       Klasifikasi
Kingdom            : Animalia
Filum                  : Arthropoda
Kelas                  : Insecta
Ordo                  : Diptera
Famili                 : Culicidae
Genus                 : Aedes
Upagenus           : Stegomyia
Spesies               :Aedes aegypti

                            b.         Penyakit yang ditimbulkan
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever), chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.

                            c.         Siklus hidupnya
Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yanag dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40°C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan tapi tetap membutuhkan oksigen yang diambilnya melalui tabung pernafasan (breathing trumpet) , kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari sehingga waktu yang dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 hari.

           5.            Fleas
Fleas (Pinjal) merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.
Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.
                            a.         Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klasis : Insecta
Ordo : Siphonoptera

                            b.         Penyakit yang ditimbulkan
Secara kasat mata pinjal agak sulit ditemui bila jumlah populasinya sedikit, namun dapat dikenali dari kotorannya yang menempel pada bulu. Kotoran kutu berwarna hitam yang sebenarnya merupakan darah kering yang dibuang kutu dewasa. Pinjal yang menghisap darah inang juga menimbulkan rasa sangat gatal karena ludah yang mengandung zat sejenis histamine dan mengiritasi kulit. Akibatnya hewan terlihat sering menggaruk maupun mengigit daerah yang gatal terutama di daerah ekor, selangkangan dan punggung.
Pinjal juga dapat menimbulkan alergi oleh karena reaksi hipersensitivitas terhadap antigen ludah pinjal. Pada anjing sering ditandai dengan gigitan secara berlebihan sehingga dapat mengakibatkan bulu rontok dan peradangan pada kulit. Kasus flea alergi bervariasi tergantung kondisi cuaca terutama terjadi pada musim panas dimana populasi kutu meningkat tajam.
Penyakit yang berhubungan dengan pinjal:
Pes. Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di Amerika juga pada bajing.
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.

                                          c.         Siklus hidupnya
Siklus hidup pinjal terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Telur
Seekor kutu betina dapat bertelur 50 telur per hari di hewan peliharaan. Telurnya tidak lengket, mereka mudah jatuh dari hewan peliharaan dan menetas dalam dua atau lima hari. Seekor betina dapat bertelur sekitar 1.500 telur di dalam hidupnya.

2. Tahap Larva
Setelah menetas, larva akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap sekitar rumah dan makan dari kotoran kutu loncat (darah kering yang dikeluarkan dari kutu loncat). Larva akan tumbuh, ganti kulit dua kali dan membuat kepompong dimana mereka tumbuh menjadi pupa.

3. Tahap Pupa
Lama tahap ini rata-rata 8 sampai 9 hari. Tergantung dari kondisi cuaca, ledakan populasi biasanya terjadi 5 sampai 6 minggu setelah cuaca mulai hangat. Pupa tahap yang paling tahan dalam lingkungan dan dapat terus tidak aktif sampai satu tahun.

4. Tahap Dewasa
Kutu loncat dewasa keluar dari kepompong nya waktu mereka merasa hangat, getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin dan memulai siklus baru.
Siklus keseluruhnya dapat dipendek secepatnya sampai 3-4 minggu
Umur rata-rata pinjal sekitar 6 minggu, tetapi pada kondisi tertentu dapat berumur hingga 1 tahun. Pinjal betina bertelur 20-28 buah/hari. Selama hidupnya seekor pinjal bisa menghasilkan telur hingga 800 buah. Telur bisa saja jatuh dari tubuh kucing dan menetas menjadi larva di retakan lantai atau celah kandang. Pertumbuhan larva menjadi pupa kemudian berkembang jadi pinjal dewasa bervariasi antara 20-120 hari.


BAB III
PENUTUP

1.           Kesimpulan
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum arthropoda yaitu tubuh simetri  bilateral, triploblastik selomata, terdiri atas segmen-segmen yang saling  berhubungan dibagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal (germlayers) sehingga merupakan hewan tripoblastik. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon).
Filum Arthopoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu Trilobita, Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Arthropoda dapat dibagi menjadi 6 kelas, yaitu Crustacea, Onychophora, Arachnida, Chilopoda, Diplopoda, dan Insecta. Tetapi kadang-kadang kelas Chilopoda dan Diplopoda dimasukkan ke dalam satu kelas yaitu Myriapoda.
2.           Saran
Agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang pendeskripsian, pengidentifikasian dan pengklasifikasian, baiknya mahasiswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang mencangkup atau yang berhubungan dengan mata kuliah Mikrobiologi dan Virologi (khususnya hewan-hewan Arthropoda) di luar jam kuliah, mencoba melakukan penelusuran-penelusuran sendiri atau bersama siapa saja, mengamati setiap yang ada di lingkungan tempat tinggal maupun di tempat yang dikunjungi.


DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mudianto. 2001.  Keanekearagaman ekosistem. Bandung: Cahaya Ilmu.
Barnes, Robert D. 1977.  Invertebrates Zoology Third Edition. USA: Nueva Editorial Interamericana, S.A. de C.V.
Brotowidjojo. 1989.  Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi  Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Diana. 2008. Phylum Arthropoda. (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/ 12/phylum-arthropoda/). [14 November 2013: 15.32 WIB].
Dixon, C. J., F. R. Schram & S. T. Ahyong. 2004.  A New Hypothesis of Decapod  Phylogeny . Crustaceana. 76 (8): 935 – 975.
Hala, Yusminah. 2007. Dasar Biologi Umum II . Makassar: Alauddin Press.
Hart, M. W. and R. K. Grosberg. 2009. Caterpillars Did Not Evolve from Onychophorans by Hybridogenesis. USA: Proc. Nat. Acad. Sci.
Karmana, Oman. 2007.  Biologi. Bandung: Grafindo.
Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Vertebrata. Malang: UM Press. Laila, Siti. 2007. Biologi Sains dalam Kehidupan. Surabaya: Yudhistira.
Putra, N. S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kasinus.
Radiopoetro. 1996.  Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Reny, Rahmawati. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rusyana, Adun. 2011.  Zoology Invertebrata. Bandung: Alfabeta.
Setyamidjaja, Djoehana. 1984.  Bertanam Kelapa. Yogyakarta: Kanisius.
Shelley, Rowland M. Centipedes and Millipedes with Emphasis on North America  Fauna. (http://www.emporia.edu/ksn/v45n3-march1999/). [28 Oktober 2013: 13.34 WIB].
Sudarmono. 2002.  Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi. Yogyakarta: Kanisius.
Suwignyo, S. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.
Taylor, H. H. & E. W. Taylor. 1992. Gills and Lungs: The Exchange of Gases and  Ions . Microscopic Anatomy of Invertebrates. 10: 203 – 293.
Tjahjadi, Nur. 1989.  Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009.  Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Yeti, Theresia. 2011. Heterometrus spinifes (Kalajengking). (http://kacandewe.     blogspot.com/2011/08/heterometrus-spinifes-kalajengking.htm). Desember 2013: 10.46 WIB].

“Makalah Arthropoda Nursista Wulandari 1127020050” <http://www.academia.edu/9556247/Makalah_Arthropoda_Nursista_Wulandari_127020050> diakses pada tanggal 8 Oktrober 2016.

2 komentar:

  1. terima kasih atas bantuan referensinya kawan,

    BalasHapus
  2. El Yucateco - Casino Restaurants - MapYRO
    El Yucateco · 4131 S. Las Vegas Blvd 천안 출장마사지 · (702) 544-7133 · 통영 출장안마 Visit Website. 전라남도 출장안마 http://www.el-yucateco.com · 오산 출장샵 http://www.yucatan-casino.com/. 천안 출장샵

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.